Tuesday, January 5, 2010

BUDIDAYA PERIKANAN

BUDIDAYA PERIKANAN


pengapuran dan pemupukan kolam ikan nila

Posted: 05 Jan 2010 02:59 AM PST


pengapuran dan pemupukan kolam ikan nila

kegiatan ini dilakukan setelah kolam dikeringkan selama tiga hari. pengeringan berfungsi untuk mematikan siklus hidup hama (pemangsa, penyaing dan perusak) dan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah agar menjadi subur dan gembur.

penggaraman dasar kolam dilakukan sebelum melakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan kolam tujuannya yaitu untuk membunuh bibit penyakit. Garam yang digunakan yaitu garam krosok (NaCl). Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH tanah, kapur yang digunakan yaitu kapur Dolomit (CaCO3MgCO3). jumlah garam dan kapur yang digunakan masing-masing sebesar 50 g/10M2 untuk kolam tembok dan 1,5 kg / 150m2 untuk kolam tanah.

pemupukan kolam dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan pakan alami. pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang (kotoran ayam) sebesar 2 kg/10m2 untuk kolam tembok dan 30 kg/150m2 untuk kolam tanah. garam kapur dan pupuk ditebarkan merata di atas permukaan dasar kolam.

Tahap Persiapan Tebar Benur

Posted: 04 Jan 2010 03:44 PM PST


Tahap Persiapan Tebar Benur

Tahapan kegiatan persiapan tebar benur dilakukan setelah tahap pengelolaan lahan pasca panen relatif memadai untuk proses tebar benur. Secara garis besar tahapan ini mencakup 3 (tiga) sub tahapan yaitu:

1. Penyiapan lahan dan sarananya. Sub tahapan ini bertujuan untuk menyediakan suatu media yang nyaman bagi benur yang sebelumnya hidup dalam lingkungan yang berbeda. Sedangkan sarana diperlukan untuk membantu proses awal siklus budidaya udang sehingga tidak terjadi suatu kendala bagi akivitas budidaya yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada keberhasilan budidaya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam sub tahapan ini antara lain : (i) Tes konstruksi tambak, (ii) Filterisasi saluran pemasukan air dan saluran pembuangan, dan (iii) Pemasangan kincir air.

Tes konstruksi tambak bertujuan untuk mengetahui tingkat kebocoran dan laju penyusutan air di dalam tambak serta kelancaran saluran pembuangan. Metode yang dapat digunakan untuk kegiatan ini adalah melalui pengisian air ke dalam tambak pada ketinggian maksimal pada periode waktu tertentu. Faktor ini perlu dipertimbangkan agar secara desain dan konstruksinya suatu petakan tambak tidak menimbulkan suatu kendala dalam melakukan proses budidaya.

Filterisasi di saluran pemasukan air bertujuan mencegah masuknya predator dan kompetitor udang ke dalam tambak, sedangkan filterisasi di sentral pembuangan air bertujuan mencegah keluarnya udang yang masih berukuran kecil. Metode yang dapat digunakan pada kegiatan ini adalah melalui pemasangan streameen pada paralon pemasukan air dan sentral pembuangan.

Kegiatan selanjutnya pada sub tahapan ini adalah pemasangan kincir air. Hal yang perlu diperhatikan adala posisi kincir sebaiknya dapat menimbulkan arus air yang bisa mengarahkan kotoran di dasar tambak ke sentral pembuangan.

2. Penyiapan air tambak. Sub tahapan ini meliputi kegiatan antara lain : (i) Pengisian air dengan ketinggian 25 - 30 cm, (ii) Penginciran air tambak, (iii) Penambahan volume air tambak, (iv) Penumbuhan pakan alami, dan (v) Pengelolaan kecerahan air.

Pada saat ketingggian air tambak sekitar 25 - 30 cm perlakuan teknis yang biasa dilakukan adalah pemberian saponin dengan dosis tertentu yang bertujuan untuk (a) mematikan predator dan kompetitor udang yang masuk ke dalam tambak, (b) membantu proses pembentukan air tambak (sebagai salah satu pupuk organik).

Setelah perlakuan saponin dilakukan maka selanjutnya dilakukan proses penginciran air tambak yang bertujuan untuk membantu proses penyebaran saponin secara merata ke dalam tambak sekaligus unuk membantu proses pembentukan air. Kegiatan penambahan air dilakukan setelah busa/buih yang ditimbulkan oleh saponin telah hilang.

Pakan alami bagi benur biasanya berupa zooplankton (diatomae) yang dapat diamati secara visual setelah sub tahapan ini berlangsung sekitar 5 – 7 hari.

Kegiatan selanjutnya pada sub tahapan ini adalah pengelolaan kecerahan air yang dapat dilakukan dengan cara pemupukan dengan urea & TSP berdasarkan dosis yang diperlukan. Kecerahan air untuk tebar benur sebaiknya tembus dasar atau tidak terlalu pekat.

3. Persiapan tebar benur. Sub tahapan ini pada dasarnya merupakan kegiatan yang paling akhir dari proses penyiapan lahan tebar benur setelah semua tahapan dianggap cukup optimal bagi proses pemindahan benur dari dua lingkungan yang berbeda.

Penyiapan lahan tebar benur harus memperhatikan faktor musim dan epidemi penyakit pada saat itu.
sumber:http://marindro-ina.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.