Saturday, June 19, 2010

BUDIDAYA PERIKANAN

BUDIDAYA PERIKANAN


Tata Niaga Garam Harus Dibenahi

Posted: 18 Jun 2010 08:39 AM PDT


Tata Niaga Garam Harus Dibenahi



Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mendesak Kementerian Perdagangan untuk membenahi tata niaga garam guna mendongkrak peningkatan garam rakyat. "Belum ada pembicaraan tata niaga garam dengan Menteri Perdagangan, tetapi sudah dibicarakan dengan Menko Perekonomian. Tanpa tata niaga yang benar, kita tidak bisa mendongkrak harga garam rakyat pada level tertentu," kata Fadel usai menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) Bu-pati Nagekeo dengan Chief Executive Officer (CEO) PT Cheetham Salt Ltd di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (17/6).

Menurut dia, harga garam saat ini yang berkisar Rp 300 hingga Rp 350 per kilogram (kgi masih belum ekonomis, la mengharapkan harga garam di atas Rp 450 per kg sehingga dapat menguntungkan petani garam. "Saya rasa ini juga perlu dibicarakan di rapat kabinet terbatas. Masalah tata niaga garam ini perlu dimatangkan. Saya rasa tidak bisa kalau harga garam dibiarkan mengikuti pasar bebas. Kita harus intervensf dan membantu petani ga-ram, harga dilepas begitu saja juga industri kita tidak maju." ujar Fadel.

Karena itu, dia mengatakan, mengalokasikan sejumlah anggaran di kementeriannya untuk memberdayakan masyarakat pesisir untuk memproduksi garam rakyat. Selain itu, dia juga meminta Kementerian Perindustrian dapat membantu penyiapan teknologi per-mesinannya. "Kita butuh investasi agar tidak impor garam lagi dan bisa swasembada. Ini soal harga diri bangsa dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia, masak kita harus impor," tutur Fadel.

Sementara itu. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, dengan adanya kerja sama Kabupaten Nagekeo dengan PT Cheetham Salt Ltd yang akan membuka lahan seluas 2.100 hektare di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), maka produksi garam nasional diperkirakan dapat bertambah 250 ribu ton per tahun.

"Sudah puluhan tahun produksi garam kita menurun. Kenapa kita pilih kerja sama dengan perusahaan ini, karena dia sudah kuat di sini, kita harap mereka bisa memotori perkembangan industri garam di Indonesia," ujarnya. (Byu|


Sumber : Suara Karya 18 Juni 2010,hal.6

Minat Makan Ikan Meningkat

Posted: 18 Jun 2010 08:30 AM PDT


Minat Makan Ikan Meningkat


Ikan lele dan belut asal Ciseeng. Bogor, Jawa Barat, diekspor ke Thailand dan Vietnam. Komoditas air tawar yang dibudida-yakan secara tradisional oleh masyarakat setempat itu terbukti diminati pasar luar negeri. Selain itu, minat makan ikan air tawar di kawasan Puncak, Bogor, akhir-akhir kian meningkat, seiring dengan gencarnya promosi makan ikan. "Ikan lele yang diekspor adalah ikan lele asap dan belut hidup serta abon belut. Pasar di Vietnam dan Thailand cukup besar," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Sutrino di Cisarua, Bogor, Kamis (17/6).

Kemarin, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar pelatihan cara mengolah ikan lele, gurame, dan belut berstandar higienis. Pelatihan melibatkan 50 pengusaha rumah makan, restoran, dan warung makan kaki lima terpilih yang tersebar di sekitar kawasan Puncak, Jawa Barat.

Budi Lastono, food beveragemanager Safari Garden Hotel Restaurant Cisarua, Bogor, mengatakan, standar pengolahan ikan lele dan gurame serta belut di kawasan Puncak sudah memenuhi prinsip kebersihan dan kesehatan (higienis). Namun, pengelola rumah makan, restoran, dan warung tetap membutuhkan pelatihan. "Biar menjadi lebih baik, pengelolah mendapat pelatihan tambahan dari pakar makanan seperti dari IPB (Institut Pertanian Bogor)," kata Budi Lastono yang menyempatkan diri mengikuti pelatihan, kemarin.

Budi mengakui, minat masyarakat makan ikan kian meningkat yang ditandai dengan membanjirnya pengunjung atau wisatawan lokal ke kawasan Puncak untuk berwisata. Kawasan Puncak, lanjut Budi, dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata kuliner saat ini. "Akhir pekan banyak masyarakat asal Jakarta dan Bandung yang berwisata ke Puncak. Biasanya, permintaan ikan saat akhir pekan tinggi," kata Budi, (jjr)



Sumber : Investor Daily 18 Juni 2010 hal.30

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.