BUDIDAYA PERIKANAN |
- Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio)
- TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA
- Fish Health in Hot Summer Heat
- Anomali Ikan
- Tropical Fish and its Aquarium Maintenance
Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio) Posted: 26 Feb 2010 04:59 AM PST Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio) Penulis : Admin Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi. Taksonomi koi adalah sebagai berikut: Philum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cyprinoformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies: Carpio Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti "torpedo". 1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton. Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak. selengkapnya................................. sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id |
TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA Posted: 25 Feb 2010 07:04 PM PST TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA AbstrakT. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY , maka diperlukan suatu teknologi untuk memproduksi induk nila tunggal kelamin betina. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah produksi induk jantan XX. Populasi induk jantan XX jika dikawinkan dengan betina (XX) maka akan diperoleh keturunan tunggal kelamin betina (monosex). Pada tahun 2006, tahapan yang dilakukan dalam kegiatan produksi induk betina ikan nila ini adalah tahap uji keturunan terhadap induk jantan fungsional (XX). Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan induk jantan XX hasil verivikasi. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa dari 38 ekor induk jantan fungsinonal (XX), ternyata hanya menghasilkan 2 ekor induk jantan XX. Hal ini dapat terlihat dari persentase keturunan betina >95% hanya ada 2 ekor yaitu induk dengan kode 460041352B dan 460966737A. Kata kunci: Tilapia, Breeding Programme, Sex reversal, all- female progeny PENDAHULUAN Latar belakangDi dalam budidaya ikan nila dewasa ini banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas. Pada umumnya populasi induk betina yang dihasilkan secara alami terbatas (1 betina: 2 jantan), sedangkan kebutuhan induk betina dalam satu paket lebih banyak dari jantan (3 betina : 1 jantan), maka diperlukan suatu teknologi untuk menghasilkan populasi tunggal kelamin betina. Dalam rangka upaya untuk menghasilkan populasi induk betina sebagai pasangan induk ikan nila GESIT, maka dilakukan rekayasa teknologi untuk memperoleh induk jantan fungsional XX. Induk jantan fungsional yang secara genetis mempunyai kromosom XX ini, apabila dikawinkan dengan betina normal (XX), maka akan memperoleh keturunan semua betina. Dengan demikian upaya pemenuhan kebutuhan akan induk betina akan lebih cepat. Tahapan yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat induk jantan fungsional yaitu induk jantan yang mempunyai kromosom XX. Pembuatan induk jantan fungsional dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung hormon 17α methyltestosteron selama masa diferensiasi kelamin pada ikan nila. Waktu diferensiasi kelamin pada ikan nila terjadi pada saat larva umur 6-7 hari setelah menetas sampai sekitar umur 27-28 hari setelah menetas. Selanjutnya larva hasil sex reversal dipelihara sampai induk untuk dapat dilakukan verivikasi. Verivikasi untuk mendapatkan induk jantan XX ini dilakukan dengan uji keturunan (progeny test). Tujuan dan Target Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: 1. Memproduksi induk jantan fungsional XX 2. Menguji populasi induk jantan fungsional yaitu induk jantan yang mengandung kromosom dengan cara melakukan uji keturunan. METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari- Desember 2006 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Induk jantan fungsional (XX) sebanyak 39 ekor 2. Induk betina sebanyak 108 ekor 3. Pakan induk 4. Pakan benih 5. Pakan larva 6. Pewarna eosin/asetokarmin 7. Methylene blue Alat Sedangkan alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Bak pemijahan ukuran 2 x 1 m sebanyak 13buah 2. Akuarium tempat penetasan telur 3. Hapa hijau ukuran 2 x 2 x 1 m untuk tempat pendederan PI 4. Hapa hitam ukuran 2 x 2 x 1 m untuk tempat pendederan PI 5. Alat perikanan (scoopnet, ember, lambit, jolang dan lain-lain) 6. Alat penetasan telur (saringan , water heater, batu aerasi dan lain-lain) 7. Mikrochip dan detector reader 8. Alat bedah (gunting, pinset, pisau) 9. Mikroskop beserta peralatannya Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan uji keturunan benih hasil pemijahan antara jantan fungsional (XX) dengan betina normal (XX). Prosedur kerja Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pematangan Induk - Induk jantan JICA diduga XX dan betina normal dimatangkan dalam bak yang terpisah - Pematangan dilakukan selama 2 minggu - Selama pematangan, dilakukan pemberian pakan dengan dosis 3%/ berat biomas per hari Pemijahan - Pemijahan dapat dilakukan bak ukuran 2x1m - Pemijahan dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 3 - Selama pemijahan dilakukan pemberian pakan 3 kali sehari dengan dosis 5% bobot biomassa - Telur yang dipanen, ditetaskan di akuarium, sedangkan larva dipelihara di kolam, bak atau hapa dalam kolam sebagai tempat pemeliharaan Penetasan Telur - Telur yang telah dipanen di tetaskan di dalam akuarium - Akuarium tempat penetasan dilengkapi dengan water heater untuk menjaga suhu optimum 28-30°C. - Tempat penetasan telur menggunakan saringan dengan jumlah telur per saringan maksimal 2000 butir - Media tempat penetasan di beri Methylene blue untuk mencegah timbulnya jamur Pendederan - Menebarkan larva ke dalam hapa dengan padat tebar 200 ekor/m2. Padat tebar benih untuk pendederan II adalah 100 ekor/m2. - Memberikan pakan selama pendederan I dan II dosis masing-masing 20%, 10% bobot biomass per hari dengan frekuensi tiga kali. - Setelah benih mencapai ukuran 5-8 cm, dilakukan pemeriksaan gonad secara mikroskopik Pengamatan Gonad Pengambilan Jaringan Gonad Ikan Sampel a. Membunuh ikan sampel dengan cara menusukkan jarum bedah pada kepala mengenai otak b. Membedah ikan sampel menggunakan gunting bedah mulai dari anus ke arah vertebrae-kepaladada. c. Mengambil gonad ikan sampel yang berada di bawah vertebrae menggunakan pinset/penjepit d. Meletakkan jaringan gonad di atas gelas obyek e. Mencacah jaringan gonad dengan menggunakan pisau bedah Pewarnaan dan Pengamatan Jaringan Gonad a. Meneteskan satu tetes larutan aceto-carmine di atas cacahan jaringan gonad b. Membiarkan proses pewarnaan jaringan gonad sekitar 1 menit c. Menutup jaringan gonad hasil pewarnaan dengan gelas penutup d. Mengamati hasil pewarnaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan teknik produksi induk betina ikan nila yang dilakukan pada tahun 2006 adalah tahap uji keturunan (progeny test) induk nila hasil sex reversal. Induk nila jantan fungsional (XX) didapatkan dengan pemberian hormon 17∝ Methyltestosteron pada masa diferensiasi kelamin. Proses pembentukan induk ikan nila jantan fungsional (XX) telah dilakukan di BBAT Jambi pada ikan nila strain JICA. Selanjutnya pada tahun 2005, induk tersebut didatangkan ke BBPBAT Sukabumi sebanyak 39 ekor untuk dilakukan uji keturunan. Progeny test dilakukan dengan mengawinkan satu per satu induk nila jantan fungsional (XX) dengan 3 ekor betina normal. Dari 39 ekor induk yang dilakukan progeny test, hanya 38 ekor yang dapat menghasilkan keturunan. Keturunan dari 38 ekor induk jantan XX kemudian dipelihara sampai ukuran 5-8 cm dan selanjutnya dilakukan pengamatan gonad. Data hasil pengamatan gonad terhadap benih keturunan induk jantan diduga XX disajikan dalam Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 38 ekor induk jantan hasil sex reversal, ternyata hanya menghasilkan 2 ekor induk jantan XX. Hal ini dapat terlihat dari persentase keturunan betina >95% hanya ada 2 ekor yaitu induk dengan kode 460041352B dan 460966737A. Pembahasan Kegiatan teknik produksi induk betina ikan nila bertujuan untuk memproduksi induk betina secara massal dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina ikan nila. Dalam pemijahan ikan nila, biasanya mengunakan standar rasio jantan : betina adalah 1 : 3, sedangkan pada pemijahan biasa, rasio kelamin jantan : betina sekitar 60 : 40. Hal ini menyebabkan kebutuhan induk betina lebih banyak dibandingkan jantan. Tahap pertama yang harus dilakukan untuk dapat memproduksi induk nila tunggal kelamin betina adalah dengan pembuatan jantan fungsional (yang mengandung kromosom XX). Selanjutnya apabila sudah mendapatkan induk jantan XX dalam jumlah banyak, maka tahap selanjutnya adalah mengawinkan induk jantan XX tersebut dengan betina. Dari hasil perkawinan tersebut, maka akan diperoleh keturunan tunggal kelamin betina (monoseks betina). Dari 38 ekor induk jantan hasil sex reversal, ternyata hanya dapat menghasilkan 2 ekor induk jantan XX. Hasil uji keturunan terhadap induk jantan hasil sex reversal menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dari sex reversal masih sangat rendah. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak tepat pada saat pemberian hormon. Tingkat keberhasilan sex reversal sangat tergantung dari efektifitas pemberian hormon 17∝Methyltestosteron. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas pemberian hormon ini, diantaranya adalah : jenis hormon, dosis hormon, waktu diferensiasi kelamin, metode pemberian hormon dan suhu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari kegiatan ini adalah bahwa dari 38 ekor induk nila jantan diduga XX hanya menghasilkan 2 ekor induk jantan XX. Saran Dari hasil kegiatan ini disarankan untuk dapat memperbanyak induk nila jantan XX, dikarenakan jumlah induk jantan XX yang ada baru 2 ekor. DAFTAR PUSTAKA Dunham, Rex.A. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotecnology.Genetic Approachs. Departement of Fisheries and Allied Aquaculture. Auburn University. Alabama, USA Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Maskur, S. Hanif, A. Sucipto, D.I. Handayani, dan T. Yuniarti. 2004. Protokol Pemuliaan (Genetic Improvement) Ikan Nila. Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional. BBPBAT, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pillay, T. V. R and M. N. Kutty. 2005. Aquaculture Principles and Practices. Second edition. Blackwell Publishing Ltd. Potts, G. W and R. J. Wootton. 1984. Fish Reproduction . Strategies and Tactics. Academic Press Inc. sumber : http://www.dkp.go.id |
Fish Health in Hot Summer Heat Posted: 25 Feb 2010 09:09 AM PST Fish Health in Hot Summer Heat by: Brett Fogle Summer is over, but for many of us - the heat remains. Here a couple of things to do to keep your fish healthy and your pond clear going into winter. First, remember to keep your pond well aerated. This is very important to your fish because the pond water actually holds less oxygen at higher pond temperatures. So if it's still hot in your part of the country, keep those waterfalls and fountains running! This will keep your pond water full of oxygen, and reduce stress on your fish. If you see your goldfish or KOI gasping at the surface, it's a good sign that you don't have enough dissolved oxygen in the water, and this can be dangerous. Especially if you have a lot of green water algae in the pond. This algae can absorb much of the oxygen in the pond water at night and cause very low dissolved oxygen levels during the day - which can be deadly to fish! One thing we recommend this time of year, is to do a partial water change. Drain off 10 - 25% of your total pond volume, and replace it with fresh, new dechlorinated water. If possible, vacuum or drain decaying organic matter and debris off the bottom to reduce the ponds bio-load. Your fish will usually be vibrant and playful after a water change. It's like giving them a 'breath of fresh air' and invigorates them. Again, we only recommend a 10 - 25% water change right now - but feel free to experiment with whatever works best for your pond. Remember to re-add your pond salt whenever you drain and add new water. Having a salt water test kit is also helpful, or a digital salinity meter, to determine optimum salt levels. Publishing Guidelines You have permission to publish this article electronically or in print, free of charge, as long as the bylines are included. A courtesy copy of your publication would be appreciated. About The Author Brett Fogle is the owner of MacArthur Water Gardens and several pond-related websites including macarthurwatergardens.com and pond-filters-online.com. He also publishes a free monthly newsletter called PondStuff! with a reader circulation of over 6,000 pond owners. To sign up for the free newsletter and receive a complimentary 'New Pond Owners Guide' for joining, just visit MacArthur Water Gardens> |
Posted: 25 Feb 2010 08:42 AM PST Anomali Ikan Oleh : Soen'an H. Poernomo* Bisnis ikan, jangan disamakan dengan dagang mebel atau baju. Kursi berukir di rumah mewah, harganya berlipat, dibanding dengan kayu gelondongan sebelum disentuh oleh tukang ukir dari Jepara. Baju kebaya yang dikenakan Ratih Sanggarwati, memiliki nilai tambah atau added value beribu kali, setelah digarap oleh perancang mode, bila dibanding saat berupa lembaran kain di Pasar Baru. Ikan mentah, belum tentu memberikan nilai tambah setelah diolah. Ikan segar tidak selalu akan memperoleh harga yang lebih tinggi apabila dilakukan pengolahan. Ikan hidup jenis kerapu yang dibeli mahal oleh masyarakat Shanghai, justru akan berharga rendah apabila digarami menjadi ikan asin. Sashimi bluefin tuna akan bernilai murah apabila diolah sebagai ikan kaleng. Kebanyakan ikan memiliki hierarchi harga tertinggi berupa ikan hidup, dan masih relatif tinggi berupa ikan segar. Di bawahnya adalah ikan superbeku (deep frozen) yang jaringan ototnya mirip ikan segar. Berikutnya adalah ikan beku, ikan kaleng, ikan pindnag, ikan asin, tepung ikan, terasi dan akhirnya untuk pupuk. Jadi seringkali mengolah ikan, bukan nilai tambah yang diperoleh, namun "nilai tombok" yang didapatkan. selengkapnya.............. sumber : http://www.dkp.go.id |
Tropical Fish and its Aquarium Maintenance Posted: 25 Feb 2010 07:57 AM PST Tropical Fish and its Aquarium Maintenance by: Low Jeremy Tropical fish includes fish around the world living in tropical environments including salt water and fresh water species. They are popular fish in aquariums because of their bright colors. Tropical also refers to tropical climate wherein the climate is warm or moist all throughout the year integrated by abundant vegetation. Aquarium is an enclosed clear-sided container made of high strength plastic or constructed glass for keeping or raising animals and plants for research and observation. The ecosystem of the species is copied on smaller scale controlling environmental factors. Tropical fish being put in the aquarium should be properly taken care of by regular monitoring of the fish and aquarium conditions by checking the waters for bacteria, parasite or fungi occurrences. There are ways on how to determine if the tropical fish are sick. - Fish scales inspection. Examine for any discoloration, growths or wounds. Scales that is missing is a fighting indication. - Observation of the fish respiratory rates. Slower or faster rate than normal is a sign of problem. - Fish eyes clarity checking. Blood or cloudiness should not be present. - Observation of the fish abnormal behavior such as unusual swimming pattern or sluggishness. - Veterinarian consultation for any fish abnormalities being observed. Aquarium serves as the new habitat of your tropical fish so it should be maintained regularly. The procedures are easy protecting the fish and plants lives. - Regular checking of the tank to ensure that dying or dead fish is not present. - Observation of all the fish individually for behavioral patterns familiarization so that it is easier to determine a sick fish in the future. - Feed your fish with one-day intervals using diet variations. - Replace the evaporated water on the tank with dechlorinated water. - Once a week, removed 5 to 10 percent of the tank water replacing it fresh dechlorinated water. Unwanted chemicals in the tank are diluted helping the tanks internal environment similar to tap water. - Algae scraping from the walls of the tank done once a week. - Filter pads checking every two weeks cleaning or replacing them if necessary. - Water testing done every two weeks. Water change is done after one day. - Ammonia, nitrate, pH levels or nitrite checking done every two weeks. - Drain off the debris from the gravel done once a month. Always keep track the chemical contents of your aquarium and schedule maintenance. About The Author Low Jeremy This content is provided by Low Jeremy and may be used only in its entirety with all links included. If you should require any further information please go to http://aquarium.articlekeep.com |
You are subscribed to email updates from fish blogs To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.